Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dollar AS tengah anjlok pada kamis, 19 maret 2020. Para Netizen pun membuat sebuah trending medsos di twitter dengan tagar #RupiahAmbyar. Pasalnya, kurs dollar AS saat ini tembus 16.000 rupiah per dolar AS.
Beda lagi dengan hasil penelusuran tentang nilai tukar Rupiah terhadap dolar di Google pun memperlihatkan bahwa hasilnya pun mencapai angka Rp 16.002,- tapi pemberitaan tersebut belum bisa di pertanggung jawabkan.
Perkembangan Kurs Dollar AS di Pasar NDF
Ekonom Bank Permata Josua Pardede, memberikan info data tentang dolar AS pada negara lain. Dolar Hongkong -0,03%, Peso Filipina -o,28%, Renminbi China -0,35%,Dolar Taiwan -0,57%, Bath Thailand -0,6%, Rupiah -0,6%, Dolar Singapura -0,63%, Ringgit Malaysia -0,7%, Rupee India -0,85%, Yen Jepang -0,98%, Won Korea Selatan -3,13%.
NDF adalah Instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional. Seperti Singapura,Hongkong, New York, atau London.
Terkadang Pasar NDF seringkali mempengaruhi pasar spot. Sebenarnya yang dulu memainkan NDF adalah investor asing, yang tidak begitu paham akan kondisi fundamental perekonomian Indonesia.
Karena hal tersebut, Bank Indonesia akhirnya membentuk suatu pasar Domestic NDF (DNDF). Dengan dibentuknya DNDF, maka psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot, nilainya lebih masuk akal karena Bank Indonesia telah mempunyai Instrument NDF yang ada di dalam Negeri. Sehingga rupiah pun masih bisa teratasi, meskipun pasar NDF sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.
Penuturan Para Ahli tentang melemahnya Nilai mata tukar Rupiah
Karena adanya virus corona, beberapa sektor perindustrian, teknologi, pendidikan, dan lainnya mengalami kemerosotan. Diduga karena virus tersebut, membuat nilai mata uang rupiah dan negara-negara yang terpapar virus pun terkena dampaknya.
Hal tersebut berdampak pada hasil indeks saham negara yang turun hingga 5%, hal tersebut yang memicu dihentikannya sektor perdagangannya untuk ketiga kalinya dalam sepekan.
Karena saat ini nilai mata uang rupiah tengah melemah, menyebabkan beberapa pakar ekonomi memberikan pendapatnya :
- Erick Thohir: Selaku Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan bahwa ekonomi pasti akan mengalami perlambatan. Di beberapa negara lain pun pasti mengalaminya, tidak hanya Indonesia. Menurutnya, sektor perdagangannya saat ini, memang tengah terancam karena adanya perang dagang, dengan ditambah meluasnya wabah COVID-19.
- Sri Mulyani: Beliau menuturkan melemahnya rupiah dikarenakan faktor eksternal, serta adanya sentimen terkait defisit anggaran di Negara Italia. Sedangkan faktor secara internal yang sedang dialami Negara kita, yaitu adanya defisit neraca pembayaran. Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan, meyakinkan masyarakat bahwa Bank Indonesia beserta Pemerintah, tetap berupaya untuk menstabilkan nilai rupiah. Pemerintah pun membuat peraturan untuk mencampurkan CPO 20% ke dalam solar untuk dapat menekan impor dan penghematan devisa.
Sumber referensi :