Tips Mencegah Bullying di Kalangan Anak Usia Dini

Minggu, 18 Desember 2016 06:55 WIB | dibaca : 2727 | dibagikan :

Arti kata “bullying” dalam bahasa Indonesia adalah penindasan. Penindasan ini bisa berupa penindasan secara fisik maupun batin. Penindasan secara fisik biasanya juga merupakan bentuk penindasan secara batin, karena penindasan secara fisik juga bisa menimbulkan efek trauma secara batin. Penindasan secara batin terkadang tidak terlihat, namun bila kita cermat dan peka maka kita bisa mengenali gejala ini. Agar tidak ada anak-anak didik kita yang mengalami penindasan, kita perlu melakukan beberapa kita seperti di bawah ini:

  1. Pendekatan secara agama

Setiap agama tentu mengajarkan kasih sayang dan sikap saling menghargai satu sama lain. Ini bisa menjadi dasar pemahaman anak bahwa sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan kita harus saling mengasihi dan menghargai, karena Tuhan pun mencintai semua ciptaan-Nya, terutama manusia.

  1. Kegiatan yang bersifat mengakrabkan di awal tahun pelajaran

Awal tahun ajaran adalah awal di mana anak-anak mengenal teman-teman yang baru, suasana kelas yang baru, dan guru yang baru. Di saat inilah seorang guru perlu melakukan berbagai kegiatan yang bersifat mengakrabkan hubungan antar siswa. Sehingga siswa bisa mengenal satu sama lain secara mendalam, tidak hanya sebatas nama. Beberapa contoh kegiatannya adalah tebak identitas, menulis dan bercerita tentang teman, bermain peran tentang perkenalan, dan lain-lain. Bila setiap siswa sudah kenal dekat satu sama lain, maka hal ini bisa meminimalkan terjadinya permasalahan di hari-hari selanjutnya. Bila Anda membutuhkan variasi aktivitas yang bisa membuat anak-anak bersemangat sejak awal pembelajaran, Anda perlu membaca artikel ini.

  1. Anak pemalu

Anak-anak pemalu adalah target empuk menjadi korban bullying. Oleh karenanya kita harus berusaha untuk secara khusus memberikan perhatian khusus kepada anak yang pemalu. Saat ia malu tampil di depan kelas, kita perlu memotivasinya agar berani dan percaya diri, namun tidak terkesan memaksa. Kita harus menghargai setiap usahanya untuk menjadi berani dan percaya diri. Misalnya pada saat ia mulai berani tampil, namun belum berani berbicara secara lancar di depan kelas, kita bisa mengatakan di depan kelas, “Si Andi hebat lho… Sekarang sudah berani tampil di depan kelas! Meskpiun, masih malu-maluYuk kita beri tepuk tangan!” Dengan mengajak siswa lain memberikan dia semangat, si anak pemalu ini akan semakin paham bila semua teman satu kelas memperhatikan dan peduli padanya.

  1. Anak berbeda suku

Bullying” yang terjadi pada anak yang berbeda suku biasanya terjadi karena ejekan-ejekan kecil, dan mungkin dianggap sebagai candaan. Namun terkadang reaksi yang berlebihan dari korban, misalnya menjadi marah atau ngambek, bisa membuat anak-anak yang lain apalagi yang merasa berkuasa menjadi semakin bangga. Sebagai pendidik kita harus peka akan hal ini. Bagi pihak “pembully” kita perlu memberikan nasihat agar tidak mengejek teman yang lain, apalagi yang menyangkut suku. Karena itu akan menyakiti hati orang lain. Untuk korban “bullying” kita bisa melakukan pendekatan secara pribadi, dan memberikannya motivasi bahwa hal ini tidak akan terjadi lagi. Kita pun perlu mengajarkan kepada semua anak untuk saling menyayangi dan menghormati satu sama lain, meski berbeda suku, agama, maupun budaya. Nasihat-nasihat lain bisa kita berikan melalui metode dongeng, menonton film, dan lainnya.

  1. Perbanyak kegiatan berkemlompok

Dalam kegiatan berkelompok, kita perlu mengatur pembagian kelompok. Variasi anggota kelompok perlu kita pikirkan sebelum pelajaran dimulai, dengan tujuan agar semua siswa bisa lebih saling mengenal satu sama lain. Jangan sampai setiap kita memberikan tugas berkelompok dengan anggota-anggota yang sama dalam satu kelompok, karena hal ini bisa memberikan efek yang kurang baik bagi kedekatan satu siswa dengan yang lain. Kita pun tidak perlu terlalu khawatir, bila “A” dan “B” menjadi satu kelompok pasti akan terjadi pertikaian. Asalkan kita membuat tata tertib dan persetujuan yang baik sebelum penugasan kelompok, tentu semua akan berjalan dengan baik, karena setiap pelanggarnya akan mendapatkan konsekuensi.

  1. Memberikan kesempatan semua siswa menjadi ketua kelas
Baca Juga:   Hal-hal Ini Harus Dihindari Agar Anak Didik Patuh Plus Sayang Pada Guru– Bagian 2

Di dalam kelas, terkadang ada anak-anak yang memiliki sifat “bossy”. Anak-anak seperti ini akan bersikap seperti bos di dalam kelas. Untuk mengatasi masalah ini, kita bisa mengajak siswa arti ketaatan pada guru kelas dan ketua kelas. Tugas ketua kelas adalah membantu tugas guru dalam memimpin kelas dan ikut bertanggung jawab dalam menertibkan kelas, misalnya mengingatkan teman lain untuk mengurangi bercanda di saat pelajaran, dan lainnya. Pastikan bahwa semua anak mendapatkan kesempatan untuk menjadi ketua kelas, sehingga tidak akan ada siswa yang mendominasi di kelas.

  1. Bagi Anak “Berkebutuhan Khusus”

Beberapa sekolah imklusif biasanya sangat memberikan perhatian khusus bagi siswa berkebutuhan khusus. Misalnya anak-anak yang menyandang autisme, down syndrome, hiperaktif, dan lainnya. Sebelum mengizinkan anak berkebutuhan khusus bergabung dengan anak-anak yang lain, kita perlu memberikan informasi kepada anak-anak yang normal. Informasi bisa kita berikan dengan cara memberikan pengertian bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Katakan kepada anak didik bahwa mereka akan memiliki seorang teman yang masih belajar untuk bisa fokus dan memiliki energi yang besar, sehingga suka bergerak. Tugas kita semua adalah berteman dan membimbingnya agar bisa mengubah keadaannya menjadi semakin baik. Yakinkan kepada anak-anak bahwa dengan menjadi teman yang baik dan mau menerima dia apa adanya akan membantunya menjadi lebih baik. Beri pujian juga pada anak-anak yang bisa berteman baik dengan anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga anak-anak lainnya pun akan semakin termotivasi untuk mau berteman dengan anak berkebutuhan khusus ini.

  1. Cermat dalam mengembangkan bakat

Sebagai pendidik tentu kita tahu bahwa setiap anak punya kelebihan atau talenta yang unik. Pastikan kita mengenal baik setiap anak-anak didik kita, sehingga kita bisa tau cara mengembangkan talentanya. Lomba-lomba, kegiatan ekstra kulikuler, dan kegiatan positif lainnya bisa menjadi ajang pengembangan bakat anak dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Pastikan bahwa motivasi mengikuti lomba bukanlah untuk menjadi juara, namun untuk mengembangkan talenta dan supaya semakin tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Inilah pentingnya mendampingi anak agar mereka bisa berkembang sesuai dengan bakatnya.

  1. Pendekatan pada orang tua

Anak-anak yang memiliki kecenderungan mem-“bully” temannya, biasanya terdorong oleh perilaku seseorang di rumahnya atau hal lainnya, misalnya adalah si anak merupakan korban bullying, orang tua suka mem-bully pembantunya, atau karena tontonan yang menyuguhkan praktik bullying. Bila ada indikasi anak melakukan bullying atau menjadi korban bullying kita juga perlu melakukan pendekatan kepada orang tua supaya bisa menyelesaikan permasalahan sampai ke akar-akarnya.

Agar anak bisa akrab satu sama lain, kita bisa memberikan mereka game yang memungkinkan mereka untuk bermain bersama. Silakan download game di bawah ini:
– GAME KELUARGA: ULAR TANGGA
banner-ular-tanggaGame Ular Tangga, menjadi salah satu game klasik terbaik yang bisa menjaga “Quality Time” keluarga. Permainannya memang terbilang SEDERHANA, mengandalkan KEBERUNTUNGAN, namun ketika kita sudah bermain bersama-sama, kita bisa ketagihan. Salah satunya adalah game ULAR TANGGA INDONESIA ini.

Jika tidak setiap anggota keluarga memiliki gadget, bisa bermain bersama-sama dalam 1 perangkat. Atau jika setiap anggota keluarga memiliki gadget, cukup hidupkan koneksi Bluetooth untuk bermain bersama-sama di perangkat masing-masing.

Sumber gambar: Gulalives.co

Tagged:

Penulis: Kak Zepe

Saya adalah salah satu penulis di portal ini, seorang praktisi pendidikan dan pencipta lagu anak. Salam cinta pendidikan... Salam cinta lagu anak...